Rabu, 23 Mei 2012

suku ainu



ASAL USUL NAMA AINU
アイヌの名前
Ainu artinya adalah Manusia. Dalam bahasa Ainu sendiri yang diyakini atau entonim, nama ainu berasal dari bentuk leluhur kata Ainu Sakhalin modern, enciw atau enju, yang juga berarti “manusia”.  Kemudian ada istilah lain untuk menyebut bagian dari anggota kelompok ini, yaitu istilah Utari (artinya "kamerad" dalam bahasa Ainu) dan istilah ini, kini lebih disukai oleh sejumlah anggota kelompok minoritas ini.

SEJARAH SUKU AINU
アイヌの歴史
Untuk asal-usul suku ainu sendiri terdapat beberapa versi yang berbeda, yang pertama mengatakan bahwa suku Ainu adalah keturunan migran Mongoloid yang memasuki pulau Jepang sebelum masa Jomon. Mereka mungkin mengungsi dan berasimilasi, ketika etnis Jepang mulai memperluas wilayah mereka. Penelitian DNA mutakhir mengatakan bahwa mereka adalah keturunan dari suku Jomon kuno di Jepang. "Suku Ainu yang tinggal di tempat ini seratus ribu tahun sebelum Anak-anak Matahari datang" dikisahkan dalam salah satu dari Yukar Upopo (legenda Ainu) mereka.
Kemudian versi yang selanjutnya mengatakan bahwa budaya Ainu berasal dari sekitar 1200 M dan penelitian mutakhir berpendapat bahwa hal ini berasal dalam penggabungan budaya Okhotsk dan Satsumon. Dahulunya, suku Ainu adalah petarung yang tangguh. Namun, kala Jepang mulai memperluas wilayah ke arah utara dan mengambil alih tanah mereka, suku Ainu kerap menyerah tanpa perlawanan. Pada tahun 1457, 1669, dan 1789 memang sempat terjadi perang, namun selalu berakhir dengan pihak selalu suku Ainu yang kalah.
Dan versi yang terakhir mengatakan bahwa asal-usul suku Ainu belum sepenuhnya diketahui. Mereka seringkali dianggap Jōmon-jin, penduduk asli Jepang dari periode Jōmon. Zaman Jōmon (jōmon jidai) adalah sebutan zaman prasejarah kepulauan Jepang yang dimulai dari akhir zaman Pleistosen hingga zaman Holosen, bersamaan dengan zaman batu pertengahan atau zaman Batu Baru yang ditandai dengan mulai digunakannya barang-barang tembikar. Kegiatan manusia pada zaman Jōmon dalam mencari makanan bergantung pada tempat tinggalnya. Manusia yang tinggal di daerah yang diberkahi kekayaan sumber alam mencari makan sebagai pemburu dan pengumpul jenis tanaman yang bisa dimakan. Manusia zaman Jōmon mulai mengenal kebudayaan tembikar yang bersifat artistik. Ada kecenderungan kebudayaan Jōmon lebih berkembang di Jepang bagian timur berdasarkan jumlah situs penggalian dan beragam jenis barang tembikar yang berhasil ditemukan.
Penelitian DNA mutakhir mengatakan bahwa mereka adalah keturunan dari suku Jomon kuno di Jepang. "Suku Ainu yang tinggal di tempat ini seratus ribu tahun sebelum Anak-anak Matahari datang" dikisahkan dalam salah satu dari Yukar Upopo (legenda Ainu) mereka.
Pada era Meiji suku Ainu direformasi, dipaksa oleh pemerintah Jepang untuk berasimiliasi dengan orang jepang  (suku Yamato). dan pada akhirnya tidak boleh menggelar kebudayaan dan adat mereka termasuk berbahasa Ainu. Pemerintah Jepang kala itu menyatakan bahwa suku Ainu adalah “bekas pribumi” yang tujuannya menghilangkan jejak mereka dan tidak mengakui adanya suku Ainu di Jepang. Dalam periode ini menyebabkan bahwa orang tua dari anak-anak Ainu merahasiakan identitas Ainu mereka pada anak-anak mereka agar anak-anak mereka tidak mendapatkan diskriminasi dalam kehidupan sosial.
Baru pada tahun 1997, sebuah undang-undang mengenai penyediaan dana untuk penilitian dan kebudayaan suku Ainu disahkan. Dan suku Ainu pun bisa bernafas lega. Hingga pada  6 Juni 2008 parlemen Jepang mengesahkan resolusi yang mengakui bahwa suku Ainu adalah suku pribumi asli jepang dengan bahasa, kepercayaan, dan kebudayaan yang berbeda sekaligus membatalkan peraturan yang pernah dibuat. hal ini menyebabkan suku Ainu yang sudah akan hilang garis keturunanya mulai terlihat kembali. bahkan untuk mengembalikan sejarah mereka agar banyak yang mengetahui dibangunlah Museum Khusus yang berisi serba-serbi suku Ainu.

WILAYAH SUKU AINU
アイヌのマスターアーキテクト
Suku Ainu adalah sebuah kelompok etnis pribumi jepang yang menetap di Pulau Hokkaido (pulau besar Jepang yang terletak di wilayah Utara), Kepulauan Kuril (dekat dengan Russia) dan sebagian besar Sakhalin (sebuah pulau di utara Jepang yang termasuk wilayah Russia). Saat ini lebih dari 150 ribu jiwa suku Ainu, dengan sebagian kecil populasinya berada di Hokkaido. Angka inipun tidak tepat betul, karena banyak orang yang menyembunyikan suku Ainu mereka demi menyembunyikan rasisme. Seringkali orang Ainu yang masih hidup pun tidak menyadari garis keturunan mereka, karena orang tua dan kakek-nenek mereka merahasiakannya untuk melindungi anak-anak mereka dari masalah sosial.

TAMPILAN FISIK SUKU AINU
アイヌの物理的なパフォーマンス
Tampilan fisik suku ainu umumnya lebih pendek dari orang Jepang (Ras Yamato). Tubuh mereka kuat, proporsional, dengan mata coklat gelap, tulang pipi tinggi, hidung pendek dan wajah lebar, rambut lebat dan berombak. Suku ainu termasuk dalam ras kaukasoid.
Karena pria suku Ainu tidak mencukur kumis sampai waktu tertentu, maka wajah mereka pun lebat dengan jenggot dan kumis. Sementara rambut pria dan wanita suku Ainu sama-sama dipotong sebahu. Bedanya, para wanita suku Ainu kerap menato mulut, lengan, dan dahi mereka.
Laki-laki Ainu umumnya memiliki rambut yang lebat. Banyak peneliti awal menduga bahwa mereka keturunan Kaukasus, meskipun uji DNA mutakhir tidak menemukan garis keturunan Kaukasus. Uji genetik suku Ainu membuktikan bahwa mereka tergolong terutama kepada grup haplo-Y D.
Satu-satunya tempat di luar Jepang di mana grup haplo-Y D lazim ditemukan adalah Tibet dan Kepulauan Andaman di Samudra Hindia. Dalam sebuah studi oleh Tajima et al. (2004), dua dari 16 sampel (atau 12,5%) laki-laki Ainu ditemukan tergolong dalam grup haplo C3, yaitu grup haplo dengan kromosom Y yang paling umum di antara penduduk-penduduk pribumi di Rusia Timur Jauh dan Mongolia; Hammer et al. (2006) menguji empat sampel lagi dari laki-laki Ainu dan menemukan bahwa salah satunya tergolong ke dalam grup haplo C3. Beberapa penelitia berspekulasi bahwa pembawa grup haplo C3 yang minoritas di antara suku Ainu ini mungkin mencerminkan suatu tingka tertentu dari pengaruh genetik satu arah dari suku Nivkh, yang dengannya suku Ainu telah lama memiliki interaksi budaya. Menurut Tanaka et al. (2004), garis mtDNA mereka umumnya terdiri dari grup haplo Y (21,6%) dan grup haplo M7a (15,7%). Evaluasi kembali belakangan ini tentang ciri-ciri tulang tengkorak mereka menunjukkan bahwa suku Ainu lebih mirip dengan suku Okhotsk daripada dengan suku Jōmon. Hal ini sesuai dengan rujukan kepada budaya Ainu sebagai gabungan dari budaya Okhotsk dan Satsumon yang dirujuk di atas.

KEPERCAYAAN SUKU AINU
アイヌの宗教
Tidak ada literatur rinci tentang suku Ainu, namun ada warisan yang kaya dari kisah-kisah lisan , yang disebut yukar. Suku Ainu percaya bahwa bumi mengambang, dan bahwa “Ainu Mosir”, atau tanah dari manusia (sebagai lawan dari “Kamui Mosir” , tanah para dewa), terletak dipunggung ikan yang gerakannya bisa menyebabkan gempa bumi.
Suku Ainu juga percaya bahwa segala sesuatu di alam mempunyai “Kamui” (roh atau dewa) di dalam. Karena tidak memiliki imam khusus atau kuil untuk upacara, maka kepala desalah yang melakukan upacara keagamaan apa pun yang diperlukan. Sehingga dapat dikatakan bahwa mereka masih menganut system kepercayaan animisme. Orang-orang Ainu selalu berdoa sebelum makan, dan berdoa kepada dewa api saat mereka jatuh sakit. Mereka percaya roh mereka abadi, juga mempercayai konsep surga dan neraka. Karena mereka percaya konse surga dan neraka berada jauh di kedalaman bumi maka bagi mereka, neraka berada di bawah gunug berapi.
SISTEM UPACARA SUKU AINU
アイヌの儀式のシステム
Salah satu contoh upacara yang dilakukan suku ainu adalah Iomante (iyomante). Iomante ini ini adalah suatu upacara yang pelaksaanaannya dengan cara membunuh seekor beruang. Dalam masyarakat Ainu beruang merupakan salah satu dewa. Dewa yang datang ke dunia dari kahyangan dengan cara menjelma menjadi beruang dan merupakan dewa makanan. . Dengan upacara penyembelihan beruang seperti ini maka rohnyalah yang dikirim menuju dunia para dewa. Sehingga upacara ini sebetulnya merupakan upacara mengantar kembalinya roh dewa beruang kepada pangkuan sanak keluarganya di kahyangan.
Secara garis besar upacara ini dibagi menjadi dua, yaitu upacara yang dilaksanakan cara menyembelih beruang yang dipiara sejak kecil atu piaraan dan penyembelihan beruang yang diambil langsung dari hutan.
Istilah lain upacara penyembelihan beruang yang diburunya di hutan ini dinamakan kamuyhopnire (mengantar dewa ke kahyangan). Sehingga dalam masyarakat Ainu perburuan yang bertujuan untuk mengantar roh beruang menuju kahyangan ini tidak dikenal dengan istilah ‘berburu’, tetapi yang dikenal adalah menjemput para dewa untuk diantar ke dunia dewata.
Beruang ditangkap dengan cara menjebaknya di dalam lubang. Dalam perburuan ini beruang yang terjebak lalu ditembak atau dipanah. Pada suatu ketika ada pula beruang yang terjebak tidak hanya satu ekor saja namun juga terjebak bersama-sama, induk dan anak. Pada situasi seperti ini yang ditembak atau yang dibunuh hanyalah induknya, sedangkan anaknya dipelihara dan kemudian hari setelah berumur sekitar dua tahun anak beruang ini akan diantar ke kahyangangan melalui upacara iomante.

KESENIAN SUKU AINU
アイヌの芸術
Suku ainu tidak mempunyai kesenian yang terlalu ditonjolkan, karena mereka lebih banyak menutup diri dan tidak menonjolkan kesukuannya. Namun, dalam sejarah musik Jepang, terdapat jenis musik tradisional Ainu. Musik Ainu mengacu pada tradisi musik dari orang-orang Ainu Jepang utara.
Genre yang tertua termasuk yukar, (mimikri), yang merupakan bentuk puisi epik, dan upopo.
Musik Ainu membawa resonansi rohani di hampir semua bentuknya, dan memainkan peran penting baik dalam sejarah budaya dan renaisans budaya masyarakat Ainu sendiri. Hampir setiap jenis lagu Ainu dianggap suci, bahkan alat musik dikatakan memiliki jiwa (Ohnuki-Tierney 53). Musik tradisional Ainu dapat dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu lagu sehari-hari dan lagu-lagu epik. Setiap hari, lagu-lagu dalam tradisi Ainu dinyanyikan dalam banyak situasi dan secara dadakan Mereka sering disertai oleh dua instrumen musik Ainu paling umum yaitu tonkori, sebuah sitar dipetik, dan mukkuri yaitu kecapi orang Yahudi yang dimainkan oleh perempuan.
Lagu-lagunya pendek, cukup sederhana, dan berpusat pada aktivitas seperti permainan atau bekerja. Tindakan bernyanyi itu sendiri digunakan sebagai permainan dalam beberapa hal, seperti Rekuhkara (Menyanyikan Ainu dengan tenggorokan) kompetisi antara perempuan. Musik Ainu telah menjadi penting sepanjang tahun dimana keduanya mencerminkan dan membangun identitas budaya Ainu. Musik Ainu, secara historis telah mewakili keadaan masyarakat Ainu.  Tekanan pada musik Ainu, sepanjang sejarah mereka sebagai orang-orang di bawah kekuasaan mayoritas yang dominan, telah datang sebagian besar dari pemerintah Jepang. Pemerintah Jepang sengaja melarang bahasa Ainu, musik, dan tariannya (termasuk upacara beruang) pada tahun 1799 dalam upaya untuk menghomogenkan Ainu dengan penduduk Jepang yang lebih besar.
Tarian Iyomante Rimse. Sebuah drama dan tarian ritual Ainu yang dahulu mereka yakini sebagai upacara keharusan menghantarkan Dewa Beruang mengangkasa menuju nirwana. Pada tarian ritual itu permainan alat tiup Mukkur menjadi penting. ''Itu untuk mengiringi upaya luhur kami,'' kata Mukuri yang mengaku sebagai keturunan kesembilan suku asli Ainu. Dia berbicara dalam bahasa Jepang yang diselingi bahasa Ainu sehingga penerjemah yang menyertai rombongan sering tak mengerti dengan pasti artinya.

BAHASA SUKU AINU
アイヌの言語
Bahasa Ainu (Ainu: アイヌ イタク, aynu itak; bahasa Jepang: アイヌ語 ainu-go; aksara Sirilik: Айну итак) adalah salah satu bahasa dari rumpun bahasa Ainu yang dituturkan oleh suku Ainu. Dalam bahasa Ainu, ainu atau aynu (アイヌ) berarti orang atau manusia.
Penutur bahasa ini adalah suku Ainu yang tinggal di Hokkaido, Jepang, serta Sakhalin dan Kepulauan Kuril di Russia. Bahasa Ainu tidak memiliki hubungan dengan bahasa Jepang selain dari sejumlah kosakata yang dipinjam dari bahasa Jepang.
Populasi suku Ainu yang sangat sedikit menyebabkan bahasa Ainu dimasukkan ke dalam salah satu bahasa terancam punah. Menurut perkiraan tahun 1996, hanya ada 15 orang penutur fasih bahasa Ainu dari sekitar 15.000 orang suku Ainu. Menurut perkiraan yang lain, penutur asli bahasa Ainu yang terakhir di Kepulauan Kuril sudah meninggal dunia. Di Sakhalin, penutur asli bahasa Ainu diperkirakan sudah punah. Orang yang dapat berbicara bahasa Ainu di Hokkaido hanya ada kurang dari 10 orang, dan mereka pun rata-rata sudah berusia di atas 80 tahun. UNESCO pada tahun 2009 memasukkan bahasa Ainu sebagai bahasa dalam keadaan kritis (critically endangered).
Bahasa ini dulunya diajarkan secara turun temurun melalui tradisi lisan dan tidak memiliki bahasa tulisan. Bahasa Ainu pertama kali ditulis pada abad ke-16 oleh orang Eropa dengan memakai huruf Latin dan aksara Sirilik. Orang Jepang suku Yamato menulis bahasa Ainu dengan aksara kana.
Hingga kini tidak ada undang-undang yang menetapkan bahasa resmi di Jepang. Dalam Konferensi Penduduk Asli di Ainu Mosir 2008, Pemerintah Jepang mengeluarkan pernyataan "Bahasa Ainu sebagai bahasa resmi, dan dalam rangka program wajib belajar, bahasa ini wajib diajarkan di sekolah."
Populasi suku Ainu yang sangat sedikit menyebabkan bahasa Ainu dimasukkan ke dalam salah satu bahasa terancam punah. Menurut perkiraan tahun 1996, hanya ada 15 orang penutur fasih bahasa Ainu dari sekitar 15.000 orang suku Ainu. Menurut perkiraan yang lain, penutur asli bahasa Ainu yang terakhir di Kepulauan Kuril sudah meninggal dunia .  Di Sakhalin, penutur asli bahasa Ainu diperkirakan sudah punah. Orang yang dapat berbicara bahasa Ainu di Hokkaido hanya ada kurang dari 10 orang, dan mereka pun rata-rata sudah berusia di atas 80 tahun. UNESCO pada tahun 2009 memasukkan bahasa Ainu sebagai bahasa dalam keadaan kritis (critically endangered). Muraki mengungkapkan, banyak warga Ainu kini tidak bisa lagi berbahasa Ainu akibat politik asimilasi pada masa lalu.

SISTEM EKONOMI DAN MATA PENCAHARIAN SUKU AINU
経済と生活システムのアイヌ
Ekonomi mereka didasarkan pada pertanian maupun berburu, menangkap ikan dan mengumpul. Warga Ainu biasanya berburu dan bertanam jagung, yang merupakan mata pencarian utama warga suku ini. Mereka sangat mahir berburu beruang yang besarnya dua sampai tiga kali tubuh mereka. Suku Ainu pun sudah lama mengenal dagang, dengan menjual sebagian hasil buruan mereka untuk ditukarkan dengan barang kebutuhan sehari-hari lainnya dari orang-orang Jepang.

SISTEM SOSIAL SUKU AINU
アイヌの社会システム
System social masyarakat Ainu sebenarnya tidak banyak yang tahu, karena suku ini sangat menutup diri dari orang asing. Dan suku Ainu sendiri juga sulit untuk berbaur dengan orang asing, ini karena terkendala bahasa mereka yang tidak semua orang bisa menggunakannya. Meskipun mereka tinggal di Jepang, mereka tidak sepenuhnya menggunakan bahasa Jepang. Dengan orang Jepang sendiri mereka juga tidak bisa berbaur, sehingga mereka disebut sebagai suku minioritas di Jepang.
Seringkali orang Ainu yang masih hidup pun tidak menyadari garis keturunan mereka, karena orang tua dan kakek-nenek mereka merahasiakannya untuk melindungi anak-anak mereka dari masalah sosial yang ada dan berkembang di Jepang.
Akan tetapi, untuk saat ini jika kedatangan turis ke daerah mereka. Mereka sangat ramah menyambut, dan mereka bersikap apadanya, menggunakan pakaian khas mereka, dan tetap menjaga ke khas-an kehidupan mereka yang ada.
Dalam system strata social, terdapat seorang kepala suku dan beberapa pengawal, sisa anggotanya adalah sebagai rakyat biasa.

SISTEM PENGETAHUAN SUKU AINU
アイヌの知識システム
Sistem pengetahuan orang Ainu sendiri, sudah maju, seperti : orang Ainu membagi tanah mereka menjadi lahan-lahan cakupan desa atau iwor, tempat mereka memancing ikan salem, berburu beruang, dan mengumpulkan kayu dan buah buni. Selain itu mereka sudah bisa membuat pakaian mereka sendiri dari rajutan tumbuh-tumbuhan.
Mereka juga sudah mengerti ukuran pembagian rumah sesuai dengan status yang dimiliki. Misalnya untuk kepala suku, akan dibuat lebiih luas. Mereka sudah bisa menerima kedatangan turis secara perlahan-lahan, karena mereka semakin tahu bahwa hubungan social dengan dunia luar semakin penting.

SISTEM PERALATAN HIDUP DAN TEKNOLOGI
生活システム設備と技術
Suku Ainu tidak pernah makan daging atau ikan mentah. Meski berburu daging beruang, rubah, serigala, musang, sapi, kuda, ikan, dan unggas, mereka selalu merebus atau memanggangnya dengan sayur, akar dan rempah-rempah sayuran, rempah-rempah, dan akar. Saat makan, para pria menggunakan sumpit, sementara para wanita menggunakan sendok kayu.
Dapat dilihat bahwa peralatan hidup suku Ainu masih mengandalkan hasil dari alam, dan memanfaatkan hasil-hasil perburuan yang mereka dapat untuk peralatan hidup. Mereka masih menggunakan tombak untuk menangkap ikan, dan berburu hewan. Panah, terbang beralih, dan jambok.

RUMAH ADAT DAN PAKAIAN TRADISIONAL
伝統的な家、伝統的なドレス
Rumah suku Ainu bernama 'kotan.' Karena pada zaman dulu 'kotan' biasanya berada di tepi sungai atau di pesisir (mereka menganggap banyak makanan yang tersedia bila berada di dekat kawasan itu), maka terdapat danau tepat di sisi perkampungan itu. ''Inilah dunia kami yang dilestarikan sejak lama,'' bilang Mukuri, salah satu wanita yang melayani kami penuh perhatian. Rumah suku Ainu terbuat dari buluh-jerami. Dengan luas mencapai 20 kaki, rumah suku Ainu tidak bersekat dan memiliki perapian di tengah. Ada cerobong asap berupa lubang di sudut atap, ada satu jendela di sisi timur dan ada dua pintu.
Rumah suku Ainu selalu berpintu satu dan menghadap arah barat. Terdapat tiga jendela, dua di sisi timur dan satu mengarah ke selatan. Susunan dalam rumahnya, lagi-lagi seperti galibnya rumah tradisional Indonesia, hanya berupa ruangan besar yang disekat-sekat. Penyekatnya berupa jajaran rumput atau ilalang kering tak lebih dari 1,5 meter.
Pakaian tradisional suku Ainu adalah jubah pintal dari kulit pohon elm. Jubah dengan panjang hampir mencapai mata kaki ini juga berlengan panjang dan diikat dengan korset dari bahan sama. Pada musim dingin, mereka mengenakan kulit binatang, berupa legging dari kulit rusa atau sepatu bot dari kulit anjing atau salmon.
Banyak pria maupun wanita suku Ainu gemar memakai anting-anting. Bagi suku Ainu, perhiasan bernilai tinggi adalah tamasay, sejenis kalung manik-manik.

OBJEK WISATA DI HOKKAIDO
北海道における観光オブジェクト
The Ainu Museum : Museum Ainu di Shiraoi adalah satu-of-a-rakyat semacam museum di mana sebagian besar personil keturunan Ainu. Orang dari seluruh dunia datang untuk mengunjungi fasilitas ini.
Selain reproduksi dari tipe rumah disebut Cukai, museum juga memiliki artefak budaya Ainu yang tinggal di Hokkaido, Sakhalin dan Kepulauan Kuril.
Dengan display sederhana yang mencerminkan budaya Ainu dasar dan gaya hidup, termasuk makanan, pakaian dan perumahan, fasilitas ini merupakan dasar untuk penelitian dan studi tentang budaya Ainu dan untuk interaksi dengan masyarakat adat di seluruh dunia.
Acara yang bertujuan untuk mempromosikan secara luas lagu tradisional Ainu, doa, tarian dan makanan diadakan secara berkala.
Museum ini rutin mengadakan acara seperti itu, Ainu melakukan studi yang berhubungan, dan barang-barang pameran. Fasilitas ini adalah pemain kunci dalam "proyek reproduksi iwor" yang bertujuan menciptakan sebuah ekosistem Ainu tradisional dan daerah sumber daya, proyek di mana seluruh kota yang terlibat..
Kursus diadakan di ruang pelatihan museum. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa generasi mendatang memiliki pemahaman yg tak berpihak dan akurat dari budaya Ainu.  Dalam Shiraoi, kurator museum Ainu menawarkan kursus untuk personil sekolah sehingga anak-anak sama dan akurat belajar tentang sejarah dan budaya Ainu.
Selain itu  Di Hokkaido terbagi menjadi 4 daerah, yaitu Donan (daerah selatan), Doou (daerah tengah), Doto (daerah timur), dan Dohoku (daerah utara).
Tempat wisata terkenal di Donan adalah:
1.     Hakodate
Hakodate adalah kota ketiga terbesar di Hokkaido, yang terletak di ujung selatan pulau ini. Hakodate terkenal karena pemandangan yang spektakuler untuk dinikmati dari Gunung Hakodate.
Sebagai salah satu kota pelabuhan Jepang pertama yang dibuka untuk perdagangan internasional setelah era negara isolasi di Hakodate telah mengalami pengaruh penting dari luar negeri, dan kabupaten bekas perumahan penduduk asing dan sebuah benteng gaya Barat antara atraksi utama wisata.
2.    Onuma Park
Ditetapkan sebagai "taman nasional kuasi" dan terletak hanya dua puluh kilometer utara Hakodate, Onuma Park (Onuma Koen) dikenal yang indah, danau pulau putus-putus dan gunung berapi aktif megah, Gunung Komagatake.
Onuma Park dapat dengan mudah dikunjungi baik dalam perjalanan sehari dari Hakodate atau berhenti selama dalam perjalanan antara Hakodate, Sapporo, karena sebagian besar terbatas ekspres kereta api antara kedua kota berhenti di Onuma Koen Station, stasiun kereta api pusat.
Daerah ini taman yang paling menarik terletak antara dua danau Onuma (danau besar) dan Konuma (danau kecil) dan bisa dieksplorasi sepenuhnya pada kaki. Kursus berjalan Menarik membiarkan Anda menjelajahi semenanjung danau dan pulau, beberapa di antaranya terhubung satu sama lain oleh jembatan kecil, di jalan 15-60 menit mudah.
Hal ini juga memungkinkan untuk menyewa sepeda (500 yen / jam, 1000 yen / hari). Sebuah kursus bersepeda mengarah sekitar Danau Onuma (sekitar 10 km), tetapi mengikuti jalan utama daripada tepi danau untuk sebagian besar kejauhan. Ini adalah cara yang bagus untuk menjelajahi daerah tersebut, namun.
Selain itu, ada wisata perahu wisata yang ditawarkan sekali per jam, yang berlangsung sekitar 30 menit (830 yen per orang). Kegiatan lain untuk dinikmati dalam Onuma Taman meliputi kano, tenis, golf, memancing dan berkemah.
Tempat wisata terkenal di Doou :
Taman Odori
Taman Odori adalah taman kota sepanjang hampir 1,2 km yang terletak tepat di tengah kota. Di taman inilah, saat musim dingin, diadakan Snow Festival yang sangat terkenal itu.
Tempat wisata terkenal di Doto:
Masyuko Lake
Masyuko Lake atau Mashu Lake adalah danau terindah di dunia yang terletak di Taman Nasional Akan, Hokkaido, Jepang. Jepang dikenal memiliki banyak gunung berapi, danau Mashu juga terbentuk dari kaldera gunung berapi yang aktif. Kaldera yang terbentuk akibat letusan gunung berapi lebih dari 30 ribu tahun yang lalu. Pada saat musim panas permukaan danau ini tertutup oleh kabut yang menambah keindahan pemandangan danau Mashu.
Tempat wisata terkenal di Dohoku :
1.    Pulau Rishiri
Pulau Rishiri (利尻島, rishiritō) terletak di Laut Jepang di pantai Hokkaido, Jepang. Gunung terkenal di pulau ini ialah Gunung Rishiri. Industri di pulau ini ialah perikanan dan pariwisata. Luas pulau ini ialah 183 km².
2.    Pulau Rebun
Pulau Rebun (礼文島, Rebun-tō) adalah pulau yang terletak di terletak di sebelah utara pulau Hokkaidō, Jepang. Rebun merupakan bagian dari Taman Nasional Rishiri-Rebun-Sarobetsu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.