ASAL USUL NAMA AINU
アイヌの名前
Ainu artinya adalah Manusia.
Dalam bahasa Ainu sendiri yang diyakini atau entonim, nama ainu berasal dari
bentuk leluhur kata Ainu Sakhalin modern, enciw atau enju, yang juga berarti
“manusia”. Kemudian ada istilah lain
untuk menyebut bagian dari anggota kelompok ini, yaitu istilah Utari (artinya
"kamerad" dalam bahasa Ainu) dan istilah ini, kini lebih disukai oleh
sejumlah anggota kelompok minoritas ini.
SEJARAH SUKU AINU
アイヌの歴史
Untuk
asal-usul suku ainu sendiri terdapat beberapa versi yang berbeda, yang pertama
mengatakan bahwa suku Ainu adalah keturunan migran Mongoloid yang memasuki
pulau Jepang sebelum masa Jomon. Mereka mungkin mengungsi dan berasimilasi,
ketika etnis Jepang mulai memperluas wilayah mereka. Penelitian DNA mutakhir
mengatakan bahwa mereka adalah keturunan dari suku Jomon kuno di Jepang.
"Suku Ainu yang tinggal di tempat ini seratus ribu tahun sebelum Anak-anak
Matahari datang" dikisahkan dalam salah satu dari Yukar Upopo (legenda
Ainu) mereka.
Kemudian
versi yang selanjutnya mengatakan bahwa budaya Ainu berasal dari sekitar 1200 M
dan penelitian mutakhir berpendapat bahwa hal ini berasal dalam penggabungan
budaya Okhotsk dan Satsumon. Dahulunya, suku Ainu adalah petarung yang tangguh.
Namun, kala Jepang mulai memperluas wilayah ke arah utara dan mengambil alih
tanah mereka, suku Ainu kerap menyerah tanpa perlawanan. Pada tahun 1457, 1669,
dan 1789 memang sempat terjadi perang, namun selalu berakhir dengan pihak
selalu suku Ainu yang kalah.
Dan versi
yang terakhir mengatakan bahwa asal-usul suku Ainu belum sepenuhnya diketahui.
Mereka seringkali dianggap Jōmon-jin, penduduk asli Jepang dari periode Jōmon.
Zaman Jōmon (jōmon jidai) adalah sebutan zaman prasejarah kepulauan Jepang yang
dimulai dari akhir zaman Pleistosen hingga zaman Holosen, bersamaan dengan
zaman batu pertengahan atau zaman Batu Baru yang ditandai dengan mulai
digunakannya barang-barang tembikar. Kegiatan manusia pada zaman Jōmon dalam
mencari makanan bergantung pada tempat tinggalnya. Manusia yang tinggal di
daerah yang diberkahi kekayaan sumber alam mencari makan sebagai pemburu dan
pengumpul jenis tanaman yang bisa dimakan. Manusia zaman Jōmon mulai mengenal
kebudayaan tembikar yang bersifat artistik. Ada kecenderungan kebudayaan Jōmon
lebih berkembang di Jepang bagian timur berdasarkan jumlah situs penggalian dan
beragam jenis barang tembikar yang berhasil ditemukan.
Penelitian
DNA mutakhir mengatakan bahwa mereka adalah keturunan dari suku Jomon kuno di
Jepang. "Suku Ainu yang tinggal di tempat ini seratus ribu tahun sebelum
Anak-anak Matahari datang" dikisahkan dalam salah satu dari Yukar Upopo
(legenda Ainu) mereka.
Pada era
Meiji suku Ainu direformasi, dipaksa oleh pemerintah Jepang untuk berasimiliasi
dengan orang jepang (suku Yamato). dan
pada akhirnya tidak boleh menggelar kebudayaan dan adat mereka termasuk
berbahasa Ainu. Pemerintah Jepang kala itu menyatakan bahwa suku Ainu adalah
“bekas pribumi” yang tujuannya menghilangkan jejak mereka dan tidak mengakui
adanya suku Ainu di Jepang. Dalam periode ini menyebabkan bahwa orang tua dari
anak-anak Ainu merahasiakan identitas Ainu mereka pada anak-anak mereka agar
anak-anak mereka tidak mendapatkan diskriminasi dalam kehidupan sosial.
Baru pada
tahun 1997, sebuah undang-undang mengenai penyediaan dana untuk penilitian dan
kebudayaan suku Ainu disahkan. Dan suku Ainu pun bisa bernafas lega. Hingga
pada 6 Juni 2008 parlemen Jepang
mengesahkan resolusi yang mengakui bahwa suku Ainu adalah suku pribumi asli
jepang dengan bahasa, kepercayaan, dan kebudayaan yang berbeda sekaligus
membatalkan peraturan yang pernah dibuat. hal ini menyebabkan suku Ainu yang
sudah akan hilang garis keturunanya mulai terlihat kembali. bahkan untuk
mengembalikan sejarah mereka agar banyak yang mengetahui dibangunlah Museum
Khusus yang berisi serba-serbi suku Ainu.
WILAYAH SUKU AINU
アイヌのマスターアーキテクト
Suku Ainu adalah sebuah kelompok etnis pribumi jepang yang menetap
di Pulau Hokkaido (pulau besar Jepang yang terletak di wilayah Utara),
Kepulauan Kuril (dekat dengan Russia) dan sebagian besar Sakhalin (sebuah pulau
di utara Jepang yang termasuk wilayah Russia). Saat ini lebih dari 150 ribu
jiwa suku Ainu, dengan sebagian kecil populasinya berada di Hokkaido. Angka
inipun tidak tepat betul, karena banyak orang yang menyembunyikan suku Ainu
mereka demi menyembunyikan rasisme. Seringkali orang Ainu yang masih hidup pun
tidak menyadari garis keturunan mereka, karena orang tua dan kakek-nenek mereka
merahasiakannya untuk melindungi anak-anak mereka dari masalah sosial.
TAMPILAN FISIK SUKU AINU
アイヌの物理的なパフォーマンス
Tampilan fisik suku ainu umumnya lebih pendek dari orang Jepang
(Ras Yamato). Tubuh mereka kuat, proporsional, dengan mata coklat gelap, tulang
pipi tinggi, hidung pendek dan wajah lebar, rambut lebat dan berombak. Suku
ainu termasuk dalam ras kaukasoid.
Karena pria suku Ainu tidak mencukur kumis sampai waktu tertentu,
maka wajah mereka pun lebat dengan jenggot dan kumis. Sementara rambut pria dan
wanita suku Ainu sama-sama dipotong sebahu. Bedanya, para wanita suku Ainu
kerap menato mulut, lengan, dan dahi mereka.
Laki-laki Ainu umumnya memiliki rambut yang lebat. Banyak peneliti
awal menduga bahwa mereka keturunan Kaukasus, meskipun uji DNA mutakhir tidak
menemukan garis keturunan Kaukasus. Uji genetik suku Ainu membuktikan bahwa
mereka tergolong terutama kepada grup haplo-Y D.
Satu-satunya tempat di luar Jepang di mana grup haplo-Y D lazim
ditemukan adalah Tibet dan Kepulauan Andaman di Samudra Hindia. Dalam sebuah
studi oleh Tajima et al. (2004), dua dari 16 sampel (atau 12,5%) laki-laki Ainu
ditemukan tergolong dalam grup haplo C3, yaitu grup haplo dengan kromosom Y
yang paling umum di antara penduduk-penduduk pribumi di Rusia Timur Jauh dan
Mongolia; Hammer et al. (2006) menguji empat sampel lagi dari laki-laki Ainu
dan menemukan bahwa salah satunya tergolong ke dalam grup haplo C3. Beberapa
penelitia berspekulasi bahwa pembawa grup haplo C3 yang minoritas di antara
suku Ainu ini mungkin mencerminkan suatu tingka tertentu dari pengaruh genetik
satu arah dari suku Nivkh, yang dengannya suku Ainu telah lama memiliki
interaksi budaya. Menurut Tanaka et al. (2004), garis mtDNA mereka umumnya
terdiri dari grup haplo Y (21,6%) dan grup haplo M7a (15,7%). Evaluasi kembali
belakangan ini tentang ciri-ciri tulang tengkorak mereka menunjukkan bahwa suku
Ainu lebih mirip dengan suku Okhotsk daripada dengan suku Jōmon. Hal ini sesuai
dengan rujukan kepada budaya Ainu sebagai gabungan dari budaya Okhotsk dan
Satsumon yang dirujuk di atas.
KEPERCAYAAN SUKU AINU
アイヌの宗教
Tidak ada
literatur rinci tentang suku Ainu, namun ada warisan yang kaya dari kisah-kisah
lisan , yang disebut yukar. Suku Ainu percaya bahwa bumi mengambang, dan bahwa
“Ainu Mosir”, atau tanah dari manusia (sebagai lawan dari “Kamui Mosir” , tanah
para dewa), terletak dipunggung ikan yang gerakannya bisa menyebabkan gempa
bumi.
Suku Ainu
juga percaya bahwa segala sesuatu di alam mempunyai “Kamui” (roh atau dewa) di
dalam. Karena tidak memiliki imam khusus atau kuil untuk upacara, maka kepala
desalah yang melakukan upacara keagamaan apa pun yang diperlukan. Sehingga
dapat dikatakan bahwa mereka masih menganut system kepercayaan animisme.
Orang-orang Ainu selalu berdoa sebelum makan, dan berdoa kepada dewa api saat
mereka jatuh sakit. Mereka percaya roh mereka abadi, juga mempercayai konsep surga
dan neraka. Karena mereka percaya konse surga dan neraka berada jauh di
kedalaman bumi maka bagi mereka, neraka berada di bawah gunug berapi.
SISTEM UPACARA SUKU AINU
アイヌの儀式のシステム
Salah satu contoh upacara yang dilakukan suku ainu adalah Iomante
(iyomante). Iomante ini ini adalah suatu upacara yang pelaksaanaannya dengan
cara membunuh seekor beruang. Dalam masyarakat Ainu beruang merupakan salah
satu dewa. Dewa yang datang ke dunia dari kahyangan dengan cara menjelma
menjadi beruang dan merupakan dewa makanan. . Dengan upacara penyembelihan
beruang seperti ini maka rohnyalah yang dikirim menuju dunia para dewa.
Sehingga upacara ini sebetulnya merupakan upacara mengantar kembalinya roh dewa
beruang kepada pangkuan sanak keluarganya di kahyangan.
Secara garis besar upacara ini dibagi menjadi dua, yaitu upacara
yang dilaksanakan cara menyembelih beruang yang dipiara sejak kecil atu piaraan
dan penyembelihan beruang yang diambil langsung dari hutan.
Istilah lain upacara penyembelihan beruang yang diburunya di hutan
ini dinamakan kamuyhopnire (mengantar dewa ke kahyangan). Sehingga dalam
masyarakat Ainu perburuan yang bertujuan untuk mengantar roh beruang menuju
kahyangan ini tidak dikenal dengan istilah ‘berburu’, tetapi yang dikenal
adalah menjemput para dewa untuk diantar ke dunia dewata.
Beruang ditangkap dengan cara menjebaknya di dalam lubang. Dalam
perburuan ini beruang yang terjebak lalu ditembak atau dipanah. Pada suatu ketika
ada pula beruang yang terjebak tidak hanya satu ekor saja namun juga terjebak
bersama-sama, induk dan anak. Pada situasi seperti ini yang ditembak atau yang
dibunuh hanyalah induknya, sedangkan anaknya dipelihara dan kemudian hari
setelah berumur sekitar dua tahun anak beruang ini akan diantar ke kahyangangan
melalui upacara iomante.
KESENIAN SUKU AINU
アイヌの芸術
Suku ainu tidak mempunyai kesenian yang terlalu ditonjolkan,
karena mereka lebih banyak menutup diri dan tidak menonjolkan kesukuannya.
Namun, dalam sejarah musik Jepang, terdapat jenis musik tradisional Ainu. Musik
Ainu mengacu pada tradisi musik dari orang-orang Ainu Jepang utara.
Genre yang tertua termasuk yukar, (mimikri), yang merupakan bentuk
puisi epik, dan upopo.
Musik Ainu membawa resonansi rohani di hampir semua bentuknya, dan
memainkan peran penting baik dalam sejarah budaya dan renaisans budaya
masyarakat Ainu sendiri. Hampir setiap jenis lagu Ainu dianggap suci, bahkan
alat musik dikatakan memiliki jiwa (Ohnuki-Tierney 53). Musik tradisional Ainu
dapat dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu lagu sehari-hari dan lagu-lagu
epik. Setiap hari, lagu-lagu dalam tradisi Ainu dinyanyikan dalam banyak
situasi dan secara dadakan Mereka sering disertai oleh dua instrumen musik Ainu
paling umum yaitu tonkori, sebuah sitar dipetik, dan mukkuri yaitu kecapi orang
Yahudi yang dimainkan oleh perempuan.
Lagu-lagunya pendek, cukup sederhana, dan berpusat pada aktivitas
seperti permainan atau bekerja. Tindakan bernyanyi itu sendiri digunakan
sebagai permainan dalam beberapa hal, seperti Rekuhkara (Menyanyikan Ainu
dengan tenggorokan) kompetisi antara perempuan. Musik Ainu telah menjadi
penting sepanjang tahun dimana keduanya mencerminkan dan membangun identitas
budaya Ainu. Musik Ainu, secara historis telah mewakili keadaan masyarakat
Ainu. Tekanan pada musik Ainu, sepanjang
sejarah mereka sebagai orang-orang di bawah kekuasaan mayoritas yang dominan,
telah datang sebagian besar dari pemerintah Jepang. Pemerintah Jepang sengaja
melarang bahasa Ainu, musik, dan tariannya (termasuk upacara beruang) pada
tahun 1799 dalam upaya untuk menghomogenkan Ainu dengan penduduk Jepang yang
lebih besar.
Tarian Iyomante Rimse. Sebuah drama dan tarian ritual Ainu yang
dahulu mereka yakini sebagai upacara keharusan menghantarkan Dewa Beruang
mengangkasa menuju nirwana. Pada tarian ritual itu permainan alat tiup Mukkur
menjadi penting. ''Itu untuk mengiringi upaya luhur kami,'' kata Mukuri yang
mengaku sebagai keturunan kesembilan suku asli Ainu. Dia berbicara dalam bahasa
Jepang yang diselingi bahasa Ainu sehingga penerjemah yang menyertai rombongan
sering tak mengerti dengan pasti artinya.
BAHASA SUKU AINU
アイヌの言語
Bahasa Ainu (Ainu: アイヌ イタク, aynu itak; bahasa
Jepang: アイヌ語 ainu-go; aksara Sirilik:
Айну итак) adalah salah satu bahasa dari rumpun bahasa Ainu yang dituturkan
oleh suku Ainu. Dalam bahasa Ainu, ainu atau aynu (アイヌ) berarti orang atau manusia.
Penutur bahasa ini adalah suku Ainu yang tinggal di Hokkaido,
Jepang, serta Sakhalin dan Kepulauan Kuril di Russia. Bahasa Ainu tidak
memiliki hubungan dengan bahasa Jepang selain dari sejumlah kosakata yang
dipinjam dari bahasa Jepang.
Populasi suku Ainu yang sangat sedikit menyebabkan bahasa Ainu
dimasukkan ke dalam salah satu bahasa terancam punah. Menurut perkiraan tahun
1996, hanya ada 15 orang penutur fasih bahasa Ainu dari sekitar 15.000 orang
suku Ainu. Menurut perkiraan yang lain, penutur asli bahasa Ainu yang terakhir
di Kepulauan Kuril sudah meninggal dunia. Di Sakhalin, penutur asli bahasa Ainu
diperkirakan sudah punah. Orang yang dapat berbicara bahasa Ainu di Hokkaido
hanya ada kurang dari 10 orang, dan mereka pun rata-rata sudah berusia di atas
80 tahun. UNESCO pada tahun 2009 memasukkan bahasa Ainu sebagai bahasa dalam
keadaan kritis (critically endangered).
Bahasa ini dulunya diajarkan secara turun temurun melalui tradisi
lisan dan tidak memiliki bahasa tulisan. Bahasa Ainu pertama kali ditulis pada
abad ke-16 oleh orang Eropa dengan memakai huruf Latin dan aksara Sirilik.
Orang Jepang suku Yamato menulis bahasa Ainu dengan aksara kana.
Hingga kini tidak ada undang-undang yang menetapkan bahasa resmi
di Jepang. Dalam Konferensi Penduduk Asli di Ainu Mosir 2008, Pemerintah Jepang
mengeluarkan pernyataan "Bahasa Ainu sebagai bahasa resmi, dan dalam
rangka program wajib belajar, bahasa ini wajib diajarkan di sekolah."
Populasi suku Ainu yang sangat sedikit menyebabkan bahasa Ainu
dimasukkan ke dalam salah satu bahasa terancam punah. Menurut perkiraan tahun
1996, hanya ada 15 orang penutur fasih bahasa Ainu dari sekitar 15.000 orang
suku Ainu. Menurut perkiraan yang lain, penutur asli bahasa Ainu yang terakhir
di Kepulauan Kuril sudah meninggal dunia .
Di Sakhalin, penutur asli bahasa Ainu diperkirakan sudah punah. Orang
yang dapat berbicara bahasa Ainu di Hokkaido hanya ada kurang dari 10 orang,
dan mereka pun rata-rata sudah berusia di atas 80 tahun. UNESCO pada tahun 2009
memasukkan bahasa Ainu sebagai bahasa dalam keadaan kritis (critically
endangered). Muraki mengungkapkan, banyak warga Ainu kini tidak bisa lagi
berbahasa Ainu akibat politik asimilasi pada masa lalu.
SISTEM EKONOMI DAN MATA
PENCAHARIAN SUKU AINU
経済と生活システムのアイヌ
Ekonomi mereka didasarkan pada pertanian maupun berburu, menangkap
ikan dan mengumpul. Warga Ainu biasanya berburu dan bertanam jagung, yang merupakan
mata pencarian utama warga suku ini. Mereka sangat mahir berburu beruang yang
besarnya dua sampai tiga kali tubuh mereka. Suku Ainu pun sudah lama mengenal
dagang, dengan menjual sebagian hasil buruan mereka untuk ditukarkan dengan
barang kebutuhan sehari-hari lainnya dari orang-orang Jepang.
SISTEM SOSIAL SUKU AINU
アイヌの社会システム
System social masyarakat Ainu sebenarnya tidak banyak yang tahu,
karena suku ini sangat menutup diri dari orang asing. Dan suku Ainu sendiri
juga sulit untuk berbaur dengan orang asing, ini karena terkendala bahasa
mereka yang tidak semua orang bisa menggunakannya. Meskipun mereka tinggal di
Jepang, mereka tidak sepenuhnya menggunakan bahasa Jepang. Dengan orang Jepang
sendiri mereka juga tidak bisa berbaur, sehingga mereka disebut sebagai suku
minioritas di Jepang.
Seringkali orang Ainu yang masih hidup pun tidak menyadari garis
keturunan mereka, karena orang tua dan kakek-nenek mereka merahasiakannya untuk
melindungi anak-anak mereka dari masalah sosial yang ada dan berkembang di
Jepang.
Akan tetapi, untuk saat ini jika kedatangan turis ke daerah
mereka. Mereka sangat ramah menyambut, dan mereka bersikap apadanya,
menggunakan pakaian khas mereka, dan tetap menjaga ke khas-an kehidupan mereka
yang ada.
Dalam system strata social, terdapat seorang kepala suku dan
beberapa pengawal, sisa anggotanya adalah sebagai rakyat biasa.
SISTEM PENGETAHUAN SUKU AINU
アイヌの知識システム
Sistem pengetahuan orang Ainu sendiri, sudah maju, seperti : orang
Ainu membagi tanah mereka menjadi lahan-lahan cakupan desa atau iwor, tempat
mereka memancing ikan salem, berburu beruang, dan mengumpulkan kayu dan buah
buni. Selain itu mereka sudah bisa membuat pakaian mereka sendiri dari rajutan
tumbuh-tumbuhan.
Mereka juga sudah mengerti ukuran pembagian rumah sesuai dengan
status yang dimiliki. Misalnya untuk kepala suku, akan dibuat lebiih luas.
Mereka sudah bisa menerima kedatangan turis secara perlahan-lahan, karena
mereka semakin tahu bahwa hubungan social dengan dunia luar semakin penting.
SISTEM PERALATAN HIDUP DAN
TEKNOLOGI
生活システム設備と技術
Suku Ainu tidak pernah makan daging atau ikan mentah. Meski
berburu daging beruang, rubah, serigala, musang, sapi, kuda, ikan, dan unggas,
mereka selalu merebus atau memanggangnya dengan sayur, akar dan rempah-rempah
sayuran, rempah-rempah, dan akar. Saat makan, para pria menggunakan sumpit,
sementara para wanita menggunakan sendok kayu.
Dapat dilihat bahwa peralatan hidup suku Ainu masih mengandalkan
hasil dari alam, dan memanfaatkan hasil-hasil perburuan yang mereka dapat untuk
peralatan hidup. Mereka masih menggunakan tombak untuk menangkap ikan, dan
berburu hewan. Panah, terbang beralih, dan jambok.
RUMAH ADAT DAN PAKAIAN
TRADISIONAL
伝統的な家、伝統的なドレス
Rumah suku Ainu bernama 'kotan.' Karena pada zaman dulu 'kotan'
biasanya berada di tepi sungai atau di pesisir (mereka menganggap banyak
makanan yang tersedia bila berada di dekat kawasan itu), maka terdapat danau
tepat di sisi perkampungan itu. ''Inilah dunia kami yang dilestarikan sejak
lama,'' bilang Mukuri, salah satu wanita yang melayani kami penuh perhatian.
Rumah suku Ainu terbuat dari buluh-jerami. Dengan luas mencapai 20 kaki, rumah
suku Ainu tidak bersekat dan memiliki perapian di tengah. Ada cerobong asap
berupa lubang di sudut atap, ada satu jendela di sisi timur dan ada dua pintu.
Rumah suku Ainu selalu berpintu satu dan menghadap arah barat.
Terdapat tiga jendela, dua di sisi timur dan satu mengarah ke selatan. Susunan
dalam rumahnya, lagi-lagi seperti galibnya rumah tradisional Indonesia, hanya
berupa ruangan besar yang disekat-sekat. Penyekatnya berupa jajaran rumput atau
ilalang kering tak lebih dari 1,5 meter.
Pakaian tradisional suku Ainu adalah jubah pintal dari kulit pohon
elm. Jubah dengan panjang hampir mencapai mata kaki ini juga berlengan panjang
dan diikat dengan korset dari bahan sama. Pada musim dingin, mereka mengenakan
kulit binatang, berupa legging dari kulit rusa atau sepatu bot dari kulit
anjing atau salmon.
Banyak pria maupun wanita suku Ainu gemar memakai anting-anting.
Bagi suku Ainu, perhiasan bernilai tinggi adalah tamasay, sejenis kalung
manik-manik.
OBJEK WISATA DI HOKKAIDO
北海道における観光オブジェクト
The Ainu
Museum : Museum Ainu di Shiraoi adalah satu-of-a-rakyat semacam museum di
mana sebagian besar personil keturunan Ainu. Orang dari seluruh dunia datang untuk
mengunjungi fasilitas ini.
Selain reproduksi dari tipe rumah disebut Cukai,
museum juga memiliki artefak budaya Ainu yang tinggal di Hokkaido, Sakhalin dan
Kepulauan Kuril.
Dengan display sederhana yang mencerminkan budaya Ainu
dasar dan gaya hidup, termasuk makanan, pakaian dan perumahan, fasilitas ini
merupakan dasar untuk penelitian dan studi tentang budaya Ainu dan untuk
interaksi dengan masyarakat adat di seluruh dunia.
Acara yang bertujuan untuk mempromosikan secara luas
lagu tradisional Ainu, doa, tarian dan makanan diadakan secara berkala.
Museum ini rutin mengadakan acara seperti itu, Ainu
melakukan studi yang berhubungan, dan barang-barang pameran. Fasilitas ini
adalah pemain kunci dalam "proyek reproduksi iwor" yang bertujuan
menciptakan sebuah ekosistem Ainu tradisional dan daerah sumber daya, proyek di
mana seluruh kota yang terlibat..
Kursus diadakan di ruang pelatihan museum. Tujuannya
adalah untuk memastikan bahwa generasi mendatang memiliki pemahaman yg tak
berpihak dan akurat dari budaya Ainu. Dalam
Shiraoi, kurator museum Ainu menawarkan kursus untuk personil sekolah sehingga
anak-anak sama dan akurat belajar tentang sejarah dan budaya Ainu.
Selain itu Di
Hokkaido terbagi menjadi 4 daerah, yaitu Donan (daerah selatan), Doou (daerah
tengah), Doto (daerah timur), dan Dohoku (daerah utara).
Tempat wisata terkenal di Donan adalah:
1.
Hakodate
Hakodate
adalah kota ketiga terbesar di Hokkaido, yang terletak di ujung selatan pulau
ini. Hakodate terkenal karena pemandangan yang spektakuler untuk dinikmati dari
Gunung Hakodate.
Sebagai
salah satu kota pelabuhan Jepang pertama yang dibuka untuk perdagangan
internasional setelah era negara isolasi di Hakodate telah mengalami pengaruh
penting dari luar negeri, dan kabupaten bekas perumahan penduduk asing dan
sebuah benteng gaya Barat antara atraksi utama wisata.
2.
Onuma Park
Ditetapkan
sebagai "taman nasional kuasi" dan terletak hanya dua puluh kilometer
utara Hakodate, Onuma Park (Onuma Koen) dikenal yang indah, danau pulau
putus-putus dan gunung berapi aktif megah, Gunung Komagatake.
Onuma
Park dapat dengan mudah dikunjungi baik dalam perjalanan sehari dari Hakodate
atau berhenti selama dalam perjalanan antara Hakodate, Sapporo, karena sebagian
besar terbatas ekspres kereta api antara kedua kota berhenti di Onuma Koen
Station, stasiun kereta api pusat.
Daerah
ini taman yang paling menarik terletak antara dua danau Onuma (danau besar) dan
Konuma (danau kecil) dan bisa dieksplorasi sepenuhnya pada kaki. Kursus
berjalan Menarik membiarkan Anda menjelajahi semenanjung danau dan pulau,
beberapa di antaranya terhubung satu sama lain oleh jembatan kecil, di jalan
15-60 menit mudah.
Hal ini
juga memungkinkan untuk menyewa sepeda (500 yen / jam, 1000 yen / hari). Sebuah
kursus bersepeda mengarah sekitar Danau Onuma (sekitar 10 km), tetapi mengikuti
jalan utama daripada tepi danau untuk sebagian besar kejauhan. Ini adalah cara
yang bagus untuk menjelajahi daerah tersebut, namun.
Selain
itu, ada wisata perahu wisata yang ditawarkan sekali per jam, yang berlangsung
sekitar 30 menit (830 yen per orang). Kegiatan lain untuk dinikmati dalam Onuma
Taman meliputi kano, tenis, golf, memancing dan berkemah.
Tempat
wisata terkenal di Doou :
Taman Odori
Taman
Odori adalah taman kota sepanjang hampir 1,2 km yang terletak tepat di tengah
kota. Di taman inilah, saat musim dingin, diadakan Snow Festival yang sangat
terkenal itu.
Tempat
wisata terkenal di Doto:
Masyuko Lake
Masyuko
Lake atau Mashu Lake adalah danau terindah di dunia yang terletak di Taman
Nasional Akan, Hokkaido, Jepang. Jepang dikenal memiliki banyak gunung berapi,
danau Mashu juga terbentuk dari kaldera gunung berapi yang aktif. Kaldera yang
terbentuk akibat letusan gunung berapi lebih dari 30 ribu tahun yang lalu. Pada
saat musim panas permukaan danau ini tertutup oleh kabut yang menambah
keindahan pemandangan danau Mashu.
Tempat
wisata terkenal di Dohoku :
1.
Pulau Rishiri
Pulau
Rishiri (利尻島, rishiritō) terletak di
Laut Jepang di pantai Hokkaido, Jepang. Gunung terkenal di pulau ini ialah
Gunung Rishiri. Industri di pulau ini ialah perikanan dan pariwisata. Luas
pulau ini ialah 183 km².
2.
Pulau Rebun
Pulau
Rebun (礼文島, Rebun-tō) adalah pulau
yang terletak di terletak di sebelah utara pulau Hokkaidō, Jepang. Rebun
merupakan bagian dari Taman Nasional Rishiri-Rebun-Sarobetsu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.